Suatu hal yang berlawanan dengan apa yang dipikirkan oleh orang banyak, pemberontakan tidak dimulai di bumi, melainkan dimulai di Surga. Pemberontakan tidak dimulai dengan seorang manusia, tetapi dengan salah satu penghulu malaikat yang dikenal sebagai Iblis/Satan. Alkitab menyatakan bahwa pemberontakan terhadap Allah pertama kali dilakukan oleh seorang penghulu malaikat bernama Lucifer oleh karena motivasinya yang ingin menjadi seperti Allah, kemudian Allah melempar ia dan para pengikutnya ke bumi (Yehezkiel 28: 12-19). Lucifer inilah yang akhirnya dijuluki Iblis/Satan.
Dalam bahasa manapun, Lucifer digambarkan sebagai makhluk yang terang, bercahaya dan mulia. Ia disebut sebagai penghulu malaikat. Kata “penghulu” dalam akar bahasa Yunaninya, berarti “memerintah”. Kata yang sama muncul dalam kata archbishop “uskup kepala”, uskup yang mengepalai uskup-uskup lainnya. Jadi, penghulu malaikat adalah malaikat yang memerintah atas malaikat-malaikat lainnya. Lucifer adalah salah satu dari penghulu malaikat utama, bersama-sama dengan Mikhael dan Gabriel (Wahyu 12:7-9). Akan tetapi, sampai pada taraf tertentu, Lucifer membuat kesalahan yang berat. Ia menjadi begitu terpaku dengan kemuliaannya sendiri sehingga ia mencoba membuat dirinya menyamai Allah dan berbalik menjadi pemberontakan menentang Pencipta-nya (Yesaya 14:12-17).
Dalam Alkitab kita tidak mengenal konsep Yin Yang (adanya keseimbangan dua kekuatan yang berlawanan antara baik dan jahat). Tuhan tidak pernah dapat disetarakan dengan Iblis. Iblis yang tadinya merupakan malaikat ciptaan Tuhan, sangat jauh kuasanya di bawah Tuhan Yang Maha Mulia. Rasul Yohanes memberitahu kita bahwa ekor naga/Iblis menyeret sepertiga dari bintang-bintang di langit dan melemparkannya ke atas bumi (Wahyu 12:4), ini menggambarkan pemberontakan para malaikat yang pertama kali untuk melawan Tuhan. Iblis entah dengan cara bagaimana berhasil mempengaruhi 1/3 dari malaikat Tuhan untuk membelot dan mendukung dia dalam pemberontakannya. 1/3 dari beribu-ribu dan berlaksa-laksa malaikat, suatu jumlah yang cukup besar (Ibrani 12:22, Daniel 7:10). Makhluk-makhluk ini sekarang kita sebut roh-roh jahat atau malaikat-malaikat yang telah jatuh (Lukas 10:18).

Iblis/Satan itu adalah roh yang sangat pintar, sangat cerdas, sangat licik, penuh tipu daya, bapa dari segala pembohong, ahli di dalam mengatur rekayasa. Iblis menganggap dirinya secara pribadi seperti Tuhan. Ia ingin disembah, dipuji dan dimuliakan seperti Tuhan. Dari mulai yang lemah fisiknya (Matius 4:24) sampai kepada yang kuat secara fisik (Hakim-Hakim 16:4-21) dan dari yang lemah imannya sampai kepada hamba Tuhan (Matius 16:23, Matius 26:53, Matius 26:69-75), dipakai/diperalatnya sebagai alat untuk membuat dosa/kekacauan dan untuk menggagalkan rencana Allah. Bagaimana hal ini bisa terjadi terhadap manusia? Karena manusia itu terdiri dari 3 bagian yaitu tubuh, roh dan jiwa. Setan/roh jahat membisikkan kepada roh kita untuk melakukan sesuatu yang jahat yang tampaknya baik, kejahatan yang tersamar dengan kebaikan dan itu menjadi seperti hal yang baik untuk dilakukan (Kejadian 3:1-7). Setan/roh-roh jahat itu kemudian masuk melalui kekayaan dunia ini (Matius 4:1-11), melalui ajaran-ajaran sesat (2Petrus 2:1, 1Timotius 4, 2Korintus 11:13-15), dan mari kita lihat sekeliling kita….mari kita lihat dunia kita sekarang ini……mari kita lihat manusia-manusia di sekitar kita atau untuk lebih jelasnya bacalah koran dan berita dalam televisi……mari kita lihat pada keinginan-keinginan daging di Efesus 2:1-3, Galatia 5:19-21, dan 2Timotius 3:1-9.
Ketika ada anggota keluarga kita yang meninggal dunia, seringkali setan itu muncul dengan menyamar/menyerupai fisik dan perilaku/cara bicara orang yang telah meninggal tersebut dan menampakkan diri lewat mimpi, lewat dukun pemanggil arwah atau pun hanya sekelebat terlihat secara kasat mata. Melalui orang-orang yang telah meninggal ini mulailah iblis memberikan petunjuk-petunjuk dengan mengatakan kebohongan-kebohongan seolah-olah yang mengatakan itu adalah orang yang telah meninggal tersebut. Iblis sangat menyukai sekali sandiwara ini (1 Samuel 28; jika Allah berkehendak, Ia sanggup mengutus Samuel, tanpa melalui perantara seorang dukun, karena Dia Mahakuasa dan berdaulat melakukannya, lagipula Alkitab juga melarang praktik spiritisme serupa (Ulangan 18:10-12; 1Samuel 28:3&9; 2Raja-Raja 21:6; 2Raja-Raja 23:24; 2Tawarikh 33:6; Yesaya 8:19; Yesaya 19:3); jika spiritisme dilarang Allah, maka Ia tidak mungkin melanggar laranganNya sendiri dengan mengizinkan pemanggilan arwah Samuel, Ia tetap konsisten dengan larangan-Nya, karena Ia adalah Allah yang setia dengan apa yang sudah diucapkan-Nya, Firman-Nya tidak pernah berubah untuk selama-lamanya (Mazmur 89:35), selain itu pula roh-roh orang percaya termasuk roh Samuel tidak berada di bumi lagi, sejak mereka meninggal, roh-roh mereka dikumpulkan Allah bersama-Nya di Surga, dan menjadi milik Allah (Ayub 7:9-10; 1Tesalonika 4:13&14; Wahyu 14:13).
Tentunya hal ini sangat berbeda sekali dengan peristiwa penampakan Musa dan Elia (Lukas 9:30-31). Dalam penampakan Musa dan Elia, Allah mengutus Musa dan Elia untuk menyampaikan pesan kepada Yesus untuk menggenapi rencana Allah bagi keselamatan umat pilihan, melalui kematian-Nya di kayu salib. Lagi pula, dalam kasus tersebut tidak ada bukti Musa dan Elia berbicara dengan para murid atau indikasi bahwa peristiwa demikian akan berulang kembali (Lukas 16:19-31; Pengkotbah 9:5&6; Mazmur 146:4).
1},ܟ
0 comments:
Post a Comment