Tuesday, April 26, 2016


Suatu hal yang berlawanan dengan apa yang dipikirkan oleh orang banyak, pemberontakan tidak dimulai di bumi, melainkan dimulai di Surga. Pemberontakan tidak dimulai dengan seorang manusia, tetapi dengan salah satu penghulu malaikat yang dikenal sebagai Iblis/Satan. Alkitab menyatakan bahwa pemberontakan terhadap Allah pertama kali dilakukan oleh seorang penghulu malaikat bernama Lucifer oleh karena motivasinya yang ingin menjadi seperti Allah, kemudian Allah melempar ia dan para pengikutnya ke bumi (Yehezkiel 28: 12-19). Lucifer inilah yang akhirnya dijuluki Iblis/Satan.

Dalam bahasa manapun, Lucifer digambarkan sebagai makhluk yang terang, bercahaya dan mulia. Ia disebut sebagai penghulu malaikat. Kata “penghulu” dalam akar bahasa Yunaninya, berarti “memerintah”. Kata yang sama muncul dalam kata archbishop “uskup kepala”, uskup yang mengepalai uskup-uskup lainnya. Jadi, penghulu malaikat adalah malaikat yang memerintah atas malaikat-malaikat lainnya. Lucifer adalah salah satu dari penghulu malaikat utama, bersama-sama dengan Mikhael dan Gabriel (Wahyu 12:7-9). Akan tetapi, sampai pada taraf tertentu, Lucifer membuat kesalahan yang berat. Ia menjadi begitu terpaku dengan kemuliaannya sendiri sehingga ia mencoba membuat dirinya menyamai Allah dan berbalik menjadi pemberontakan menentang Pencipta-nya (Yesaya 14:12-17).

Dalam Alkitab kita tidak mengenal konsep Yin Yang (adanya keseimbangan dua kekuatan yang berlawanan antara baik dan jahat). Tuhan tidak pernah dapat disetarakan dengan Iblis. Iblis yang tadinya merupakan malaikat ciptaan Tuhan, sangat jauh kuasanya di bawah Tuhan Yang Maha Mulia. Rasul Yohanes memberitahu kita bahwa ekor naga/Iblis menyeret sepertiga dari bintang-bintang di langit dan melemparkannya ke atas bumi (Wahyu 12:4), ini menggambarkan pemberontakan para malaikat yang pertama kali untuk melawan Tuhan. Iblis entah dengan cara bagaimana berhasil mempengaruhi 1/3 dari malaikat Tuhan untuk membelot dan mendukung dia dalam pemberontakannya. 1/3 dari beribu-ribu dan berlaksa-laksa malaikat, suatu jumlah yang cukup besar (Ibrani 12:22, Daniel 7:10). Makhluk-makhluk ini sekarang kita sebut roh-roh jahat atau malaikat-malaikat yang telah jatuh (Lukas 10:18).



Iblis/Satan itu adalah roh yang sangat pintar, sangat cerdas, sangat licik, penuh tipu daya, bapa dari segala pembohong, ahli di dalam mengatur rekayasa. Iblis menganggap dirinya secara pribadi seperti Tuhan. Ia ingin disembah, dipuji dan dimuliakan seperti Tuhan. Dari mulai yang lemah fisiknya (Matius 4:24) sampai kepada yang kuat secara fisik (Hakim-Hakim 16:4-21) dan dari yang lemah imannya sampai kepada hamba Tuhan (Matius 16:23, Matius 26:53, Matius 26:69-75), dipakai/diperalatnya sebagai alat untuk membuat dosa/kekacauan dan untuk menggagalkan rencana Allah. Bagaimana hal ini bisa terjadi terhadap manusia? Karena manusia itu terdiri dari 3 bagian yaitu tubuh, roh dan jiwa. Setan/roh jahat membisikkan kepada roh kita untuk melakukan sesuatu yang jahat yang tampaknya baik, kejahatan yang tersamar dengan kebaikan dan itu menjadi seperti hal yang baik untuk dilakukan (Kejadian 3:1-7). Setan/roh-roh jahat itu kemudian masuk melalui kekayaan dunia ini (Matius 4:1-11), melalui ajaran-ajaran sesat (2Petrus 2:1, 1Timotius 4, 2Korintus 11:13-15), dan mari kita lihat sekeliling kita….mari kita lihat dunia kita sekarang ini……mari kita lihat manusia-manusia di sekitar kita atau untuk lebih jelasnya bacalah koran dan berita dalam televisi……mari kita lihat pada keinginan-keinginan daging di Efesus 2:1-3, Galatia 5:19-21, dan 2Timotius 3:1-9.

Ketika ada anggota keluarga kita yang meninggal dunia, seringkali setan itu muncul dengan menyamar/menyerupai fisik dan perilaku/cara bicara orang yang telah meninggal tersebut dan menampakkan diri lewat mimpi, lewat dukun pemanggil arwah atau pun hanya sekelebat terlihat secara kasat mata. Melalui orang-orang yang telah meninggal ini mulailah iblis memberikan petunjuk-petunjuk dengan mengatakan kebohongan-kebohongan seolah-olah yang mengatakan itu adalah orang yang telah meninggal tersebut. Iblis sangat menyukai sekali sandiwara ini (1 Samuel 28; jika Allah berkehendak, Ia sanggup mengutus Samuel, tanpa melalui perantara seorang dukun, karena Dia Mahakuasa dan berdaulat melakukannya, lagipula Alkitab juga melarang praktik spiritisme serupa (Ulangan 18:10-12; 1Samuel 28:3&9; 2Raja-Raja 21:6; 2Raja-Raja 23:24; 2Tawarikh 33:6; Yesaya 8:19; Yesaya 19:3); jika spiritisme dilarang Allah, maka Ia tidak mungkin melanggar laranganNya sendiri dengan mengizinkan pemanggilan arwah Samuel, Ia tetap konsisten dengan larangan-Nya, karena Ia adalah Allah yang setia dengan apa yang sudah diucapkan-Nya, Firman-Nya tidak pernah berubah untuk selama-lamanya (Mazmur 89:35), selain itu pula roh-roh orang percaya termasuk roh Samuel tidak berada di bumi lagi, sejak mereka meninggal, roh-roh mereka dikumpulkan Allah bersama-Nya di Surga, dan menjadi milik Allah (Ayub 7:9-10; 1Tesalonika 4:13&14; Wahyu 14:13).

Tentunya hal ini sangat berbeda sekali dengan peristiwa penampakan Musa dan Elia (Lukas 9:30-31). Dalam penampakan Musa dan Elia, Allah mengutus Musa dan Elia untuk menyampaikan pesan kepada Yesus untuk menggenapi rencana Allah bagi keselamatan umat pilihan, melalui kematian-Nya di kayu salib. Lagi pula, dalam kasus tersebut tidak ada bukti Musa dan Elia berbicara dengan para murid atau indikasi bahwa peristiwa demikian akan berulang kembali (Lukas 16:19-31; Pengkotbah 9:5&6; Mazmur 146:4).


1},ܟ



SEPERTI

Thursday, April 2, 2015

Mungkin tokoh yang paling misterius dalam Alkitab, Melchyzdek adalah seorang Imam-Raja Salem (kemudian dikenal sebagai Yerusalem) pada masa Abram (Abraham), menunjukkan sebuah organisasi keagamaan, lengkap dengan ritual dan hierarki, yang mendahului Bangsa Yahudi dan silsilah imam mereka (Suku Lewi). Dia hanya digambarkan secara aktif dalam satu bagian, meskipun ia disinggung sekali dalam Mazmur 110:4, dan beberapa kali di Ibrani 5 dan Ibrani 7.




Beberapa tradisi Yahudi bersikeras bahwa Melchyzdek adalah Sem, anak Nuh. Dia diterjemahkan, di kalangan Kristen, sebagai proto-mesias, mewujudkan sifat-sifat tertentu sebagai simbol gambaran kepada Kristus. Tulisan Perjanjian Baru menegaskan bahwa Kristus adalah "seorang imam selamanya menurut Melchyzdek" (Ibrani 5:6). Ibrani 7, meskipun menyajikan dia dalam gambaran yang lebih tidak biasa. Ayat-ayat ini tidak hanya memberikan Melkisedek pada tingkat hirarki di atas kepala keluarga Yahudi yang paling penting, tapi juga pada kualitas mistis (perjamuan kudus - roti dan anggur, Kejadian 14:17). 

Beberapa orang mengartikan ini sebagai inkarnasi sebelumnya dari Kristus. Lainnya melihat sebagai manifestasi kuno daripada Roh Kudus. Identitas, peran, dan fungsi teologinya telah lama diperdebatkan. Kurangnya referensi kitab suci menambah misteri, membuatnya menjadi sosok yang agak spektral. Dengan demikian, tradisi spiritual yang lebih baru, serta nabi new age, telah mengambil kebebasan dengan personanya. Gnostik bersikeras ia menjadi Yesus, dan ia disebut sebagai seorang imam tingkat tinggi di Masonik dan pengetahuan Rosicrucian. Joseph Smith menulis bahwa dia adalah yang terbesar dari semua nabi, dan Mormon masih melacak imamat mereka kembali kepadanya. Urantia, abad ke-20 pseudo-Alkitab yang mengklaim telah menggabungkan agama, filsafat, dan ilmu pengetahuan, menegaskan dia yang pertama dalam suksesi evolusi manifestasi pendewaan, dengan Abraham yang menjadi pemeluk pertama. 

Pengetahuan tentang Melchyzdek membingungkan tapi mendalam dan menarik. Kitab apokrif/palsu (tulisan-tulisan yang diragukan keasliannya) memberikan keterangan lebih lanjut, beberapa samar dan beberapa  relatif biasa. Kitab Kedua Henokh (apokrif) sangat informatif, bersikeras bahwa Melchyzdek dilahirkan dari seorang Perawan. Ketika ibunya Sophonim (istri kakak Nuh, Nir) meninggal saat melahirkan, ia duduk, berpakaian sendiri, dan duduk di samping mayatnya, berdoa dan berkhotbah. Setelah 40 hari, dia dibawa oleh malaikat ke Taman Eden, dilindungi oleh malaikat dan menghindari Banjir Besar tanpa bahtera Pamannya, Nuh.

Jadi Siapakah Melchyzdek?
Setelah penyelamatan Abraham terhadap Lot dan koalisi raja-raja, Kitab Kejadian memperkenalkan pembaca dengan Melchyzdek, seorang Raja dari Salem yang juga adalah seorang Imam 'El ‘Elyon, "Almighty God", "Allah Yang Maha Tinggi" (Kejadian 14:18). Melchyzdek, yang pada Kitab Ibrani diidentifikasi sebagai simbol tipe Kristus (Ibrani 5:6-10), tahu bahwa Allah adalah: "Pencipta langit dan bumi," dan ia memberikan "pujian kepada Allah Yang Maha Tinggi", mengakui kedaulatan Tuhan yang menyelamatkan dan yang memberkati. (Kejadian 14:18-20).

Melchyzdek memberkati Abraham, yang menunjukkan status superior dari Melchyzdek (Kejadian 14:19), dimana Abraham mengakui posisi imam dengan memberinya sepersepuluh dari "segala sesuatu" (Kejadian 14:20). Tentunya, jika Melchyzdek adalah imam dari dewa yang berbeda dibandingkan dengan Abraham, itu akan membuat tidak masuk akal bagi Abraham untuk memberikan kepadanya 'thite', sesuatu yang biasanya disisihkan untuk satu-satunya Allah yang hidup. Oleh karena itu, jelaslah bahwa Melchyzedek (dan mungkin orang-orang lain di Kanaan yang menyembah 'El) melayani Allah yang benar, meskipun mereka tidak tahu semua yang perlu diketahui tentang Dia. Sebagai contoh, Melchyzdek tidak menggunakan nama Tuhan yang umum pada saat itu, tetapi merujuk kepadanya sebagai "Allah Yang Maha Tinggi" dan "Pencipta langit dan bumi" (Kejadian 14: 19-20). Abraham menggunakan nama perjanjian dengan sebutan yang sama bagi Allah yang digunakan oleh Melchyzdek (Kejadian 14:22), tidak meninggalkan keraguan kepada pembaca bahwa Allah Melchyzdek dan Allah Abraham adalah satu dan sama, bukan dua deitie yang terpisah.

Di mana Melchyzdek belajar mengenai satu Allah yang benar? Ini adalah pertanyaan yang sulit untuk dijawab karena hanya sedikit informasi disediakan dalam cerita. Spekulasi kemudian berlimpah mengenai sumber iman Melchyzdek. The inklusif Clark Pinnock menyebut Melchyzdek sebagai "suci kafir" yang memberikan bukti Alkitab bahwa "Allah juga bekerja di bidang agama budaya Kanaan." Don Richardson percaya bahwa Melchyzdekk adalah paradigma mereka yang belajar tentang Allah dari wahyu umum. Kedua penjelasan menegaskan bukti Alkitab yang melampaui apa yang kita pertahankan. Selain berasal dari wahyu umum atau wawasan agama pagan, apakah tidak lebih mungkin bahwa pengetahuan Melchyzdek mengenai Allah telah diturunkan kepadanya? Pinnock berspekulasi bahwa penggunaan nama 'El 'Elyon oleh Melchyzdek merupakan bukti bahwa nama tersebut berasal dari pagan dan bahwa para leluhur dari Israel telah mengadopsi nama itu. Apakah tidak lebih mungkin (dan lebih konsisten dengan cerita Alkitab) bahwa penggunaan nama 'El 'Elyon oleh Melchyzdek adalah bukti sisa-sisa pengetahuan tentang Allah yang secara bertahap teralih karena pemberontakan dan dosa manusia? Sebagaimana Walter Kaiser telah menjelaskan, "Semua orang keturunan Adam dan barisannya, yang pada awalnya mengenal Allah secara intim dan untuk beberapa waktu, tidak diragukan lagi telah menyerahkan pengetahuan itu kepada keturunan mereka." Kepercayaan pada Allah Yang Maha Tinggi diturunkan dari kehidupan Kanaan dari waktu ke waktu, menghasilkan penghakiman akhir mereka di tangan Israel (Yosua 10 , 2 Samuel 5:6-10). Ironisnya, masuk akal, bahwa beratus-ratus tahun kemudian Israel akan menaklukkan kota Melkisedek, Yerusalem, dan menemukan rumah TUHAN di sana.

Singkatnya, sementara ada daerah kontinuitas antara Tuhan yang disembah oleh penerima perjanjian Abraham dan Allah ('El) yang disembah oleh orang Kanaan, poin-poin kontinuitas ini bukanlah merupakan identitas atau kesetaraan. Hal ini tentu mengandung pelajaran bahwa sebagai leluhur/patriarch bermigrasi keluar menuju tanah yang dijanjikan, mereka membangun altar dan tempat-tempat ibadah mereka sendiri daripada beribadah dengan Kanaan, dan iman Israel sama-sama sebagai bentuk legitimasi ibadah yang sah terhadap satu-satunya Allah yang benar, tergantung pada di mana kehidupan yang satu atau berapa nilai wahyu yang satunya diikutsertakan. Sebagaimana Wright dan Goldingay menyimpulkan, "Agama Kanaan memiliki wawasan dan validitas terbatas, tetapi apa yang Tuhan mulai dengan Abram adalah sesuatu yang luas makna, bahkan untuk orang Kanaan sendiri."


1},ܟ





SIAPAKAH MELCHYZDEK

Friday, March 27, 2015


The Legacy of Cain & Abel


Darimanakah Kain Mendapatkan Istri? Bagaimanakah Tentang Perkawinan Sedarah?

Pendahuluan
A
lkitab menunjukkan bahwa anak pertama dari Adam dan Hawa, yaitu Kain, membunuh adiknya sendiri yaitu Habel dikarenakan ia cemburu atas penerimaan Tuhan terhadap korban bakaran saudaranya dibandingkan korban bakaran miliknya. Segera setelah dibuang ke timur di tanah Nod, Kain menemukan istri lalu kemudian membesarkan keluarganya dan mendirikan sebuah "kota" yang disebut Henokh. Jika Kain adalah anak sulung Adam dan Habel adalah anak yang kedua, lalu bagaimana bisa Kain menemukan istri dan kemudian membangun sebuah kota?

Istri Kain?
Setelah Kain dikirim ke pengasingan di sebelah timur Eden karena membunuh Habel, ia kemudian menemukan istri dan membangun sebuah kota. Bahkan jika Kain menikah dengan salah satu saudara perempuannya, tidakkah ini akan menimbulkan masalah teologis dan biologis?

Penciptaan Manusia
Alkitab menjelaskan penciptaan manusia di Kejadian, buku pertama. Menurut pasal satu, Allah menciptakan manusia laki-laki dan perempuan menurut gambar dan rupa-Nya. Bab kedua dari Kejadian masuk ke detail lebih lanjut tentang penciptaan manusia. Menurut narasinya, Allah menciptakan Adam, manusia pertama, kemudian, beberapa waktu kemudian, menciptakan Hawa. Adam dan Hawa berdosa dan diusir dari Eden*. Mereka menghasilkan dua anak, Kain dan Habel**. Baik Kain dan Habel menyajikan persembahan kepada Allah, tetapi Kain ditolak***, karena ia berupaya setengah hati. Jadi, Kain menjadi marah dan kemudian membunuh adiknya dalam kecemburuannya.

*       Kejadian 3:22-24
**    Kejadian 4:1-2
*** Kejadian 4:3-5, Ibrani 11:4, 1John 3:11-12


Kain Diasingkan
Allah dihadapkan masalah Kain tentang pembunuhan Habel dan membuangnya ke sebelah timur Eden. Masalah muncul dalam ayat berikutnya, di mana tiba-tiba Kain menikah dan membangun sebuah kota:

  • Lalu Kain pergi dari hadapan TUHAN, dan menetap di tanah Nod, di sebelah timur Eden. (Kejadian 4:16)
  • Kain melakukan hubungan dengan istrinya dan dia hamil, dan melahirkan Henokh; dan ia membangun sebuah kota, dan dinamainya kota itu Henokh, menurut nama anaknya. (Kejadian 4:17)

Asumsi yang nampak adalah sepertinya Kain dan Habel adalah dua anak pertama dari Adam dan Hawa. Meskipun Kain tampaknya menjadi anak sulung, teks tidak jelas bahwa Habel adalah anak kedua yang lahir, tetapi hanya dikatakan bahwa ia adalah putra kedua*. Kemudian, narasi menunjukkan bahwa Adam dan Hawa menghasilkan "putra dan putri lainnya**." Jadi, adalah mungkin bahwa Adam dan Hawa menghasilkan anak-anak perempuan antara kelahiran Kain dan Habel. Hal ini juga sepertinya bahwa putra dan putri lainnya juga dihasilkan setelah kelahiran Habel. Kita tidak tahu berapa usia Kain dan Habel saat Kain membunuh adiknya, tetapi mereka nampak setidaknya adalah orang-orang dewasa muda, karena mereka berdua terlibat dalam perdagangan untuk kehidupan mereka*. Hal kedua yang kita perhatikan adalah Kain nampaknya paranoid tentang bahwa ia nantinya akan bisa ditemukan oleh yang lainnya dan balas dendam yang akan diambil terhadapnya karena pembunuhan Habel***. Satu-satunya cara ini masuk akal adalah jika saudara-saudari dari Habel marah bahwa Kain telah membunuh saudara mereka. Meskipun periode waktu antara kelahiran Kain dan kematian Habel tidak diberikan dalam Alkitab, akan terlihat bahwa periode ini mungkin lebih dari 100 tahun, sejak kelahiran anak Adam berikutnya, Seth, dikatakan telah terjadi ketika Adam berusia 130 tahun****. Adam dan Hawa kemungkinan besar telah menghasilkan banyak anak perempuan selama periode waktu itu.

*    Kejadian 4:1-2
**   Kejadian 5:4
***  Kejadian 4:14
**** Kejadian 5:3


Kain Membangun "Kota"
Jadi, narasi dari Kejadian menunjukkan bahwa Kain memiliki saudara-saudara lain ketika dia diasingkan oleh Allah. Salah satu saudara perempuannya menikah dengan Kain (atau lebih mungkin sudah menikah dengan Kain saat dia membunuh saudaranya), menjadi hamil dan melahirkan Henokh di suatu tempat di sebelah timur Eden. Masalah berikutnya yang muncul adalah klaim bahwa Kain "membangun sebuah kota." Bagi kita, yang hidup pada abad ke-21, ini membangkitkan gambar gedung pencakar langit dan perumahan dengan kepadatan yang tinggi. Namun, menurut kata Ibrani asli, terjemahan dari "kota" adalah hanya memiliki arti tempat yang dijaga oleh penjaga atau dikelilingi dengan dinding*. Pada arti secara minimum, akar kata Ibrani mengarahkan pada sebuah perkemahan atau pos. Jadi, sangatlah mungkin bahwa Kain bisa membangun tempat seperti sebuah "kota."
*Brown-Driver-Briggs' Hebrew Definitions: ‛ı̂yr/‛âr/‛âyar עיר/ער/עיר (Strong's H5892) excitement, anguish of terror city, town (a place of waking, guarded) city, town Part of Speech: noun masculine A Related Word by BDB/Strong’s Number: from H5782 a city (a place guarded by waking or a watch) in  the widest sense (even of a mere encampment or post) Same Word by TWOT Number: 1587a, 1615

Masalah Teologis 
Orang-orang skeptis telah menunjukkan bahwa satu-satunya solusi yang layak untuk masalah isteri Kain (Kain menikahi adik perempuannya) menderita masalah teologis, karena hubungan yang dekat tidak diizinkan untuk menikah menurut hukum Yahudi*. Namun, semua peristiwa ini terjadi sebelum hukum itu diberikan. Menurut Rasul Paulus, ketika tidak ada hukum, tidak ada pelanggaran hukum atau dosa**. Jadi, karena hukum terhadap inses tidak diberikan sampai ribuan tahun kemudian, tidak ada masalah teologis dengan Kain menikahi adiknya.

*Incest (sexual relations with close family members, including your mother, sister, niece, aunt, daughter-in-law, and sister-in-law) is prohibited:

"'No one is to approach any close relative to have sexual relations. I am the LORD. Do not dishonor your father by having sexual relations with your mother. She is your mother; do not have relations with her. Do not have sexual relations with your father's wife; that would dishonor your father. Do not have sexual relations with your sister, either your father's daughter or your mother's daughter, whether she was born in the same home or elsewhere. Do not have sexual relations with your son's daughter or your daughter's daughter; that would dishonor you. Do not have sexual relations with the daughter of your father's wife, born to your father; she is your sister. Do not have sexual relations with your father's sister; she is your father's close relative. Do not have sexual relations with your mother's sister, because she is your mother's close relative. Do not dishonor your father's brother by approaching his wife to have sexual relations; she is your aunt. Do not have sexual relations with your daughter-in-law. She is your son's wife; do not have relations with her. Do not have sexual relations with your brother's wife; that would dishonor your brother. Do not have sexual relations with both a woman and her daughter. Do not have sexual relations with either her son's daughter or her daughter's daughter; they are her close relatives. That is wickedness. Do not take your wife's sister as a rival wife and have sexual relations with her while your wife is living.'" (Leviticus 18:6-18)

"Cursed is the man who sleeps with his sister, the daughter of his father or the daughter of his mother." Then all the people shall say, "Amen!" Cursed is the man who sleeps with his mother-in-law." Then all the people shall say, "Amen!" (Deuteronomy 27:22-23)
**There is no sin when there is no law:For all who have sinned without the Law will also perish without the Law, and all who have sinned under the Law will be judged by the Law; (Romans 2:12)for the Law brings about wrath, but where there is no law, there also is no violation. (Romans 4:15)for until the Law sin was in the world, but sin is not imputed when there is no law. (Romans 5:13)

Masalah Genetik
Banyak skeptis keberatan dengan gagasan bahwa Kain menikahi adiknya dari sudut pandang ilmiah, karena perkawinan sedarah mengarah ke ekspresi resesif mutasi merugikan. Inilah sebabnya mengapa "punctuated equilibrium" tidak mewakili mekanisme evolusi yang layak, karena pemilahan spesies tidak benar-benar mengarah pada pembentukan spesies baru, tetapi untuk kepunahan species.Tapi saat ini, para ilmuwan telah mengembangkan strain sepenuhnya anakan dari tikus yang individual semuanya identik secara genetik. Proses ini melibatkan memilih keluar cacat. Strain yang dihasilkan dari tikus secara teratur kawin dan tidak menderita cacat (meskipun para ilmuwan juga meningkatkan strain tikus bawaan yang memiliki cacat genetik tunggal, untuk studi). Dengan cara yang sama, saya percaya bahwa dua manusia pertama diciptakan tanpa cacat genetik. Perkawinan sedarah antara anak-anak mereka tidak menyebabkan cacat sampai beberapa generasi kemudian mutasi spontan berakumulasi. Pada saat itu, Allah menetapkan hukum terhadap inses untuk meminimalkan ekspresi mutasi genetik yang telah dikembangkan dalam spesies kita.


Kesimpulan
Nampaknya Alkitab mengklaim bahwa Kain, keturunan pertama Adam dan Hawa, bisa menemukan istri adalah menjadi masuk akal, jika dia memilih di antara salah seorang adik perempuannya (dan mungkin ia telah melakukannya sebelum ia membunuh Habel). Karena nampaknya telah ada setidaknya 100 tahun antara kelahiran Kain dan kematian Habel, Adam dan Hawa akan memiliki banyak waktu untuk menghasilkan anak-anak perempuan untuk bisa dipilih oleh Kain sebagai istri. Saudara laki-laki dan saudari perempuan yang saling menikah nampaknya akan menjadi masalah teologis, karena Alkitab cukup jelas menyatakan bahwa orang tidak boleh menikah dengan kerabat dekatnya. Namun, undang-undang Yahudi tidak dilembagakan sampai ribuan tahun kemudian, sehingga tidak akan ada larangan perkawinan seperti pada waktu itu. Skeptis juga mengatakan bahwa perkawinan tersebut akan menghasilkan populasi lumpuh genetik. Namun, jika Tuhan telah menciptakan manusia, seperti yang Alkitab katakan, maka akan diharapkan bahwa mereka akan telah dibuat tanpa cacat genetik. Akumulasi mutasi merugikan akan mengambil banyak generasi, pada saat Allah menetapkan hukum terhadap inses untuk melindungi terhadap mayoritas cacat ini.







ISTRI KAIN

Monday, March 23, 2015





Now.... is the time....
that we stand...together as one
A new life... inside us will shine....
as bright... as the sun

Let's bring... bring in the new...
and do... away with the old
A new love... a new love that's true...
A love that's never cold... a love that never dies
A love that fills our souls... we will survive

Together as one... we'll stand for the world to see
Together as one... we'll shine throughout eternity
All the dreams... we dreamed before..are now reality
And now the dreams (now the dreams) of a perfect love... will always be...

Together as one... we'll stand for the world to see
Together as one... we'll shine throughout eternity
All the dreams... we've dreamed before...are now reality
You and I... in a perfect love... faithfully
All the dreams... we've dreamed before... are now reality...
You and I... in a perfect love... faithfully

Songwriters: ROBERT SWEET, MICHAEL SWEET
Together As One lyrics © SONGS MUSIC PUBLISHING








TOGETHER AS ONE

Sunday, March 22, 2015



NOTE:
Pada  pertengahan 90-an musik rohani mulai diubahkan dengan musik gaya Penyembahan (Worship) yang secara ekspresif dipopulerkan oleh seorang penulis dan penyanyi rohani  yang berasal dari Australia, dia adalah Darlene Zschech yang terkenal dengan lagunya 'Shout To The Lord.'

Darlene berasal dari keluarga yang kurang harmonis, dimana kedua orangtuanya akhirnya bercerai, namun ia menyerahkan dirinya kepada Kristus pada usia 15 tahun, dimana Tuhan mengubah hidupnya menjadi  Worshipper yang terkenal di dunia musik kristen. Darlene sangat menyukai lagu rohani, termasuk lagu 'Jesus Loves Me' yang dinyanyikan oleh Sandi Patty (1978). Melalui Hillsong Curch, lahirlah Hillsong Music, suatu grup musik rohani yang dipimpin oleh Darlene sebagai Worship Leadernya dan telah menjual jutaan copy dari kurang lebih 20 album Penyembahan yang dihasilkannya, dan juga 5 Dove Award.

Ibu dari tiga anak ini dulunya adalah penyanyi jingle untuk radio di Australia, selain itu juga dulunya anggota choir di gerejanya. Hillsong Curch sendiri  yang gembalanya adalah Pastor Brian Houston, menerima dampak yang sangat besar dari keberadaan Darlene di gerejanya yang merupakan denominasi dari Gereja Sidang Jemaat Allah (Assemblies of God). Tiap tahun mereka mengadakan  Conference yang dikenal dengan Hillsong Conference yang didatangi oleh puluhan ribu orang dari seluruh penjuru dunia. Gerejanya sendiri adalah gereja terbesar di Sydney dengan anggota mencapai 20.000 jemaat.

Darlene adalah  pribadi yang sangat sederhana dan rendah hati, yang banyak dari lagu- lagunya terinspirasi dari Mazmur Daud. Jutaaan orang menyanyikan lagunya di seluruh dunia, dan sampai sekarang tidak terdengar kabar negatif apa pun tentang  Darlene (apakah dia bercerai, selingkuh, korupsi, tindakan kriminal, atau skandal lainnya). Hingga kini dalam albumnya yang terakhir dari Hillsong yang berjudul 'This Is Our God' (2008), Darlene hanya menyanyikan 2 lagu dari albumnya yang terakhir ini, menandakan regenerasinya Hillsong dari Darlene kepada  yang lebih muda  yaitu Ben Houston (Benyamin David Houston) anak dari Pastor Brian Houston dari Hillsong Curch.

Pengurapan dari lagu-lagu Darlene berpengaruh begitu besar bagi para pemusik rohani dunia dan sekuler. Tidak kurang dari Top 8 American Idol session 7  menyanyikan lagu 'Shout To The Lord', yang terkenal heboh karena merubah kata “Jesus” menjadi “Shepherd” (Domba), namun kemudian pada rekaman album resminya yang diluncurkan 10 April 2008 di “normalkan” kembali menjadi’Jesus”.

Darlene Joyce Zschech
(Born September 8, 1965 in Brisbane, Queensland, Australia) is an Australian Charismatic/Pentecostal worship leader and singer-songwriter who primarily writes praise and worship songs. As well is one of the members of Compassionart a charity founded by Martin Smith (songwriter) from Delirious.







NONE BUT JESUS




Thank you for the cross Lord
Thank you for the price You paid
Bearing all my sin and shame
In love You came and gave amazing grace

Thank you for this love Lord
Thank you for the nail pierced hands
Washed me in Your cleansing flow
Now all I know Your forgiveness and embrace

Worthy is the Lamb
Seated on the throne
Crown You now with many crowns
You reign victorious

High and lifted up
Jesus, Son of God
The Darling of Heaven crucified
Worthy is the Lamb
Worthy is the Lamb

Thank you for the cross Lord
Thank you for the price You paid
Bearing all my sin and shame
In love You came and gave amazing grace

Thank you for this love Lord
Thank you for the nail pierced hands
Washed me in Your cleansing flow
Now all I know Your forgiveness and embrace

Worthy is the Lamb
Seated on the throne
Crown You now with many crowns
You reign victorious

High and lifted up
Jesus, Son of God
The Darling of Heaven crucified
Worthy is the Lamb
Worthy is the Lamb
Worthy is the Lamb
Worthy is the Lamb

Worthy is the Lamb
Seated on the throne
Crown You now with many crown
You reign victorious

High and lifted up
Jesus, Son of God
The Darling of Heaven crucified
Worthy is the Lamb
Worthy is the Lamb
Worthy is the Lamb
Worthy is the Lamb

Worthy is the Lamb
Worthy is the Lamb
Worthy is the Lamb
Worthy is the Lamb

So worthy, so worthy
So worthy Lord
So worthy Lord
We're praising the Lord
So worthy Lord
We'll worship You
[Incomprehensible]
My heart and my soul
Will sing for joy to [Incomprehensible]
[Incomprehensible]
To You, to You oh, Lord

"Worthy Is The Lamb" was written by Darlene Zschech   
 PUBLISHED BYLYRICS © EMI MUSIC PUBLISHING











WORTHY IS THE LAMB



Apakah TUHAN Itu Benar-Benar Ada?

Boleh jadi ini adalah sebuah pertanyaan yang standar bagi sebagian orang, yaitu mengenai keberadaan Tuhan.

Kemajuan teknologi yang pesat di berbagai bidang ilmu pengetahuan membuat banyak orang modern berpikir bahwa Tuhan hanyalah bagian dari sebuah imajinasi pikiran yang pada akhirnya hanyalah takhyul belaka. Akhir tahun 1960-an, kita menyaksikan timbulnya kelompok pemikir keagamaan radikal, yang mengumumkan semboyan bersifat paradoks: “Tuhan telah mati!” Akan tetapi gagasan itu bukanlah sesuatu yang baru. Bila kita mundur lagi ke belakang, Friedrich Nietzsche (1850), seorang ahli filsafat Jerman, sudah mengumandangkan ungkapan “Tuhan telah mati” ini ketika ia mengembangkan suatu sistem pemikiran anti-Kristen yang mencakup konsep suatu ras unggul, yang merupakan fondasi bagi gagasan si orang paling gila di abad ke-20, Adolph Hitler. Sepanjang sejarah, manusia terus-menerus sadar akan Tuhan, entah dalam mencari Tuhan, entah dalam berusaha mengingkari bahwa Dia ada. Bukanlah hal yang baru bahwa orang meragukan eksistensi Tuhan…atau lebih tepatkah dikatakan bahwa orang menginginkan Tuhan tidak ada?


Apakah Arti Kata TUHAN Bagi Manusia?
Beberapa konsep mengenai Tuhan amatlah sempit. Sejak permulaan sejarah banyak orang mencari-cari seorang dewa yang mau memberi mereka kesenangan, penghiburan dan keamanan, tetapi tidak menuntut banyak dari mereka. Banyak orang sudah merasa puas dengan seorang dewa yang mau membuat hasil panen mereka bertambah, melindungi mereka terhadap musuh-musuh mereka, dan yang mau memberi tempat bagi jiwa mereka setelah mati, akan tetapi di samping ini mereka menginginkan seorang dewa yang sekali-sekali mau mengizinkan mereka bergembira ria sedikit (dan sekali-sekali berbuat dosa sedikit). Kita masih bisa melihat cara pendekatan kepada Tuhan seperti ini dewasa ini di kalangan orang-orang biadab penyembah berhala (harta, tahta, dan wanita), dan bahkan di antara para tetangga kita.

Dalam bukunya Your God Is Too Small (“Tuhanmu Terlalu Kecil”) J.B Phillips melukiskan banyak di antara dewa-dewa tak benar yang masih dipercayai orang sekarang ini. Salah seorang di antara mereka ialah si “kakek tua”, Tuhan berambut putih, yang kebapak-bapakan, yang berada di sorga, yang tersenyum memandang manusia di bawahNya dan mengabaikan kesalahan-kesalahan kecil mereka, seperti berzinah, menipu, mencuri, mementingkan diri sendiri, berlaku kejam, mengumpat, dan sebagainya, tanpa batas. Gagasan populer yang sejalan dengan jenis Tuhan ini ialah bahwa  ”…selama aku baik, mengurus urusanku sendiri dan tidak pernah membunuh orang, si kakek tua di langit sana akan senang kepadaku” (J.B Phillips, Your God Is Too Small, hal.23). Orang sangat puas dengan “kakek tua” itu atau gagasan lain tentang Tuhan bikinan manusia yang membuat mereka senang. Akan tetapi bentuk Tuhan yang membuat mereka tak senang (atau marah) terdapat dalam Alkitab. Keberatan utama banyak orang terhadap Tuhan seperti itu ialah bahwa Dia bukan bikinan manusia. Sebaliknya, Ia adalah Tuhan yang menciptakan manusia (Kejadian 1:26; Mazmur 100:3) dan yang memiliki kuasa, hikmat dan pengetahuan jauh melampaui kemampuan manusia.

Tuhan yang digambarkan oleh Alkitab membuat banyak orang gugup. Mereka tidak lagi menguasai keadaan. Jenis Tuhan yang ini sedikit terlalu besar untuk rasa senang. Tuhan yang digambarkan oleh Alkitab menuntut segala-galanya dari manusia. Ia menuntut supaya orang mengakui bahwa ia adalah orang yang berdosa dan bahwa ia memerlukan bantuan yang hanya dapat diberikan oleh Tuhan. Pada dasar dosa manusia, terdapat kesombongan yang tidak akan membiarkannya mengakui bahwa ia memerlukan bantuan ini.


Bagaimanakah Sikap-Sikap Dasar Manusia Terhadap TUHAN Saat Ini?
Apabila kita mengadakan pengumpulan pendapat di kalangan orang-orang biasa, kita akan menemukan berbagai pemikiran yang asasi tentang Tuhan.

Si Ateis berkata bahwa Tuhan tidak ada. Ia menyingkirkan semua gagasan tentang Tuhan, mulai dari pandangan kaum biadab sampai kepada pandangan orang Kristen. Si ateis berkata bahwa dewa-dewa bangsa Yunani dengan Tuhan dalam Alkitab adalah sama saja, yaitu mitos dan dongeng yang tidak mungkin dipercayai oleh orang-orang terpelajar dan yang berpikir secara ilmiah. Banyak ateis begitu emosionil dalam pandangan-pandangan mereka, sehingga tampaknya ateisme itu sendiri menjadi semacam agama. Sebagian ateis berusaha sekuat tenaga untuk menghilangkan setiap pengacuan kepada Tuhan dari lembaga-lembaga umum.

Pendirian Kaum Agnostik (ini yang lebih umum saat ini), bahwa baik keberadaan Tuhan, maupun asal mula alam semesta ini tidak diketahui atau tidak bisa diketahui. Si agnostik bukan sekedar berkata, “Saya tidak tahu apakah Tuhan itu ada.” Ia membuat penilaian negatif yang umum bahwa, “Saya tidak bisa tahu apakah Tuhan itu ada”. Ironis sekali agar sebuah penilaian negatif yang umum semacam ini terbukti benar diperlukan semacam pengetahuan umum (J. Edwin Orr, 100 Question About God, hal.40). Dengan kata lain, bagaimana si agnostik itu tahu bahwa ia tidak bisa tahu? Si agnostik itu sekedar mengganti sesuatu yang mutlak (Tuhan serta kebenaranNya) dengan sesuatu yang mutlak lainnya (pendapatnya sendiri bahwa ia tidak mungkin bisa kenal dengan Tuhan).

Kaum Deis berbeda daripada kaum agnostik dan percaya bahwa Tuhan itu ada, akan tetapi “secara terbatas”. Orang-orang deis percaya bahwa Tuhan menciptakan alam semesta ini dan mengaturnya hingga berjalan dengan sempurna dan tepat, ibarat sebuah jam atau mesin yang cukup minyak. Akan tetapi setelah Tuhan mengatur segala sesuatunya sehingga berjalan dengan baik, Ia berpaling dari ciptaannya dan selanjutnya tidak mau tahu lagi dengannya. Oleh karena itu, kaum deis berpendapat bahwa manusia tidak bisa berkomunikasi dengan Tuhan. Deisme popular di Inggris dan Amerika pada abad 17 dan 18, banyak orang ternama seperti Sir Isaac Newton, Benjamin Frangklin dan Thomas Jefferson adalah deis.

Kaum Theis ialah orang-orang yang menerima konsep adanya satu Tuhan. Orang-orang Yahudi, Islam, dan Kristen adalah kaum Theis. Di Amerika, orang awam menganggap dirinya Theis “yang percaya akan Alkitab.” Sudah barang tentu banyak orang seperti ini hanya sedikit atau sama sekali tidak membaca Alkitab dan tidak tahu apa yang sesungguhnya mereka maksudkan dengan berkata bahwa mereka percaya akan Tuhan. Akan tetapi mereka ini adalah seperti anak kecil yang menulis sebuah surat singkat tetapi langsung mengenai sasarannya: “Tuhan yang baik, tolonglah masukkan aku dalam hitunganMu” (Eric Marshall&Stuart Hample, Children’s Letters To God).

Orang-orang Kristen bukan saja percaya bahwa Tuhan itu ada, tetapi juga bahwa Tuhan berkunjung ke planet ini dalam bentuk manusia. Yesus Kristus menjalani hidup yang sempurna dan bersih dari dosa, kemudian mati sebagai pengorbanan bagi dosa manusia dan bangkit dari antara orang mati untuk menjamin hidup yang kekal bagi semua orang yang percaya akan Dia.




Bukti-Bukti Eksistensi TUHAN (Selain Alkitab)
Argumen Kosmologis bersikeras bahwa kosmos (dunia) ini harus mempunyai suatu penjelasan. Argumen ini berkata bahwa dunia ini tidak mungkin “begitu saja terjadi”. Pasti ada suatu sebab yang sebanding dengan akibatnya. Rasul Paulus menggunakan Argumen Kosmologis ini ketika ia menulis: “Sebab apa yang tidak nampak daripadaNya, yaitu kekuatanNya yang kekal dan keilahianNya dapat nampak kepada pikiran dari karyaNya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih” (Roma 1:20).

Argumen Teleologis bertalian erat dengan pendekatan kosmologis. Teleologi berarti bahwa desain alam semesta ini mencakup arti bahwa ada tujuan atau arah di belakangnya, dan bahwa pasti ada seseorang yang mendesainnya. Mazmur 19:2 menceriterakan bagaimana desain menunjuk kepada seorang Pendesain: “Langit menceritakan kemuliaan Allah dan cakrawala memberitakan pekerjaan tanganNya.”

Argumen Rasional menunjukkan bahwa bumi bergerak secara beraturan dan menurut hukum alam, oleh karena itu pastilah ada suatu otak di belakang aturan dan hukum ini.

Namun ada orang yang menolak argumen-argumen kosmologis, teleologis ataupun rasional ini mengenai eksistensi Tuhan. Orang-orang ini lebih suka mempercayai bahwa bumi ini adalah hasil kuasa-kuasa alam yang sedikit banyak terjadi secara kebetulan. Bumi, makhluk-makhluk hidup, manusia sendiri…semua ini adalah hasil peristiwa kosmis yang mujur.

Ilmuwan A. Cressy Morrison (Man Does Not Stand Alone, hal. 13-19) menyebut beberapa kemungkinan yang menarik andaikata desain alam semesta ini sedikit saja diubah. Misalnya, sekarang ini bumi berputar pada sumbunya dalam tempo 24 jam dengan kecepatan kira-kira 1000 mil sejam? Mengapa ia tidak bisa berputar dengan kecepatan 100 mil sejam. Jika terjadi demikian, maka hari dan malam di bumi ini akan 10 kali lebih panjang daripada yang sekarang, dengan akibat bahwa matahari musim panas yang terik akan membakar dan malam-malam ynag panjang yang dingin akan membuat beku dunia tanaman. Jadi apakah pokok soalnya? Bukankah hal yang kebetulan bahwa hari-hari kita mempunyai panjang 24 jam. Masih banyak fakta lain yang sulit diterangkan secara kebetulan, bahkan posisi bulan—240.000 mil jauhnya dari kita—adalah penting. Andaikata jarak bulan hanya 50.000 mil dari kita, pasang laut akan demikian tingginya sehingga pada akhirnya semua gunung di berbagai benua akan terkikis habis dan topan badai akan terjadi setiap hari.

Argumen Ontologis mengemukakan pikiran bahwa manusia bisa membayangkan gagasan kesempurnaan tentang Tuhan. Dari mana manusia memperoleh gagasan tentang Tuhan kalau tidak dari Tuhan sendiri? Penelitian para ahli antropologi menunjukkan bahwa manusia selalu sadar akan eksistensi Tuhan. Kesadaran ini sering dirusak dan diputar balik oleh politeisme dan pemujaan dewa-dewa, namun keinginan untuk mengenal Tuhan tetap ada. Orang-orang Kristen percaya bahwa keinginan ini adalah bukti adanya Tuhan. Andaikata Tuhan itu tidak benar ada dan Dia tidak menempatkan dalam diri manusia suatu keinginan untuk mengenal Dia, maka manusia tidak akan merasa perlu mencari Tuhan. Selain itu, manusia tidak akan perlu bersusah payah sejauh itu untuk mengingkari Dia seperti yang dilakukan oleh kaum ateis dan agnostik. Dengan kata lain, andaikata manusia tidak mempunyai sesuatu alasan atau sebab yang nyata dalam dirinya untuk percaya bahwa Tuhan itu ada, maka ia tidak akan bersibuk diri tentang hal itu. Boleh jadi sama sekali ia tidak akan berpikir tentang Tuhan.

Argumen Moral berpendirian bahwa manusia mempunyai suatu rasa benar dan salah yang sudah ada sejak semula, yang tidak dapat diterangkan kecuali dengan melihat kepada Seseorang yang menciptakan manusia dan memberinya peranan ini terlebih dahulu.

C.S Lewis (Mere Christianity, hal.15-19) mencatat bahwa orang-orang bertikai gara-gara hendak menuntut adanya standar tingkah laku tertentu, yang dianggap diketahui oleh yang lain. Entah pertikaian itu besar, (“anda mengambil istri saya”), entah kecil (“anda tidak bisa duduk di sini; tempat duduk ini sudah saya pesan”), satu pihak senantiasa berusaha memperlihatkan kepada pihak lainnya di mana kesalahannya, dan seperti dikatakan oleh Lewis, tidak ada gunanya berusaha melakukan hal ini, kecuali apabila kedua belah pihak menerapkan semacam persetujuan pokok tentang apa yang benar dan apa yang salah terlebih dahulu. Yang menjadi pertanyaan ialah, dari mana memperoleh rasa benar dan salah ini?


Dapatkah Argumen-Argumen Yang Manapun “membuktikan” Bahwa TUHAN Itu Ada?
Banyak orang Kristen melakukan kesalahan dengan mengira bahwa mereka bisa memberikan bukti-bukti tentang eksistensi Tuhan, dan meyakinkan orang-orang hingga mau masuk ke dalam Kerajaan Allah. Misalnya, seorang Kristen memang melihat keberaturan alam semesta ini sebagai bukti eksistensi Tuhan. Desain alam semesta ini benar-benar dirancang sempurna oleh seorang pendesain. Suatu jawaban tuntas terhadap argumen ini ialah, bahwa ilmu pengetahuan tidak akan mungkin ada dalam suatu dunia yang tidak diciptakan oleh seorang Tuhan yang beraturan secara rasional, yang membuat segala sesuatu bekerja dengan cara yang sama, hari demi hari dan abad demi abad.

Jika kita ingin berbuat demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa keberaturan dan desain alam semesta ini membuatnya “yang terbaik dari semua dunia yang mungkin bisa diciptakan”, seperti yang dilakukan oleh Dr. Pangloss, ahli filsafat yang polos itu dalam buku Candide yang ditulis oleh pengarang syair sindiran yang ternama serta agnostik yang anti Alkitab, Voltaire (Francois Marie Arouet). Voltaire menulis Candide dalam tahun 1759 sebagai serangan langsung terhadap argumen teleologis, yang berpendapat bahwa untuk setiap akibat ada sebab dan bahwa keberaturan alam semesta ini merupakan bukti bahwa ia diciptakan oleh seorang Tuhan yang pengasih dan sempurna.

Dengan kecermatan yang tak kenal ampun serta sarkasme penuh nafsu, Voltaire menuliskan para pelaku dalam Candide (termasuk sang pahlawan, yang adalah Candide sendiri) menempuh segala macam kengerian dan kesengsaraan, yang memperlihatkan bahwa dunia ini juga mengandung banyak hal yang tidak beraturan dan kekacauan. Kecabulan, perzinahan, perkosaan, pembunuhan, pertumpahan darah karena perang, serta kekacauan yang ditimbulkan gempa-gempa bumi yang menewaskan ribuan manusia, semuanya digambarkan secara bernafsu oleh Voltaire dalam cerita Candide-nya yang singkat, tetapi keras itu. Maksud Voltaire menulis buku itu ialah untuk menanyakan bagaimana kematian yang kejam, perang, kelaparan, gempa bumi, penyakit, dan sebagainya, bisa ada di sebuah “dunia beraturan” yang diciptakan oleh seorang Tuhan yang beraturan, yang mengindahkan ciptaanNya. Voltaire mengajukan sebuah pertanyaan yang asasi, yang oleh banyak orang masih ditanyakan saat ini…


Jika TUHAN Menciptakan Dunia Ini Dan Mengendalikannya, Mengapa Ada Kejahatan?
Jawaban yang tersedia ialah bahwa kejahatan datang ke dalam dunia ini karena dosa manusia. Banyak teks bukti yang menopang pikiran ini, namun banyak orang (termasuk banyak orang Kristen) masih tetap dibingungkan oleh kesulitan yang dihadapi apabila seseorang bertanya: “Jika Tuhan itu adalah Tuhan yang penuh kasih dan Ia Mahakuasa dan Mahabijaksana, bagaimana mungkin Ia membiarkan begitu banyak penderitaan dalam ciptaanNya?” Dengan kata-kata lain, bagi banyak orang adanya kejahatan itu tampaknya membuktikan bahwa Tuhan itu sesungguhnya bukanlah Mahapengasih atau Mahakuasa, karena kalau Ia benar demikian, entah dengan cara bagaimana, Ia akan melenyapkan kejahatan itu dan membuat dunia ini sebuah tempat yang sempurna bahagia untuk didiami.

Tidak ada jawaban yang mudah atau sempurna atas dilema yang dihadapkan oleh pertanyaan-pertanyaan ini. Tidak ada yang tahu atau akan pernah tahu secara tepat bagaimana eksistensi kejahatan itu bisa merupakan bagian dari rencana Tuhan, dan seperti telah dijelaskan oleh C.S Lewis (The Problem of Pain, hal.105), adalah lebih mudah berbicara tentang penderitaan daripada mengalaminya. Akan tetapi ada beberapa pertimbangan asasi yang bisa membantu orang-orang Kristen menggumuli masalah ini dan melihat beberapa kesalahan dalam penalaran bahwa karena kejahatan itu ada, maka Tuhan tidak bisa Mahakuasa atau Mahabaik.

Satu jalan untuk mematahkan pertanyaan itu ialah dengan menyelidiki kejahatan dalam dua bagian:

  1. Kejahatan Alam (tragedi yang terjadi dalam peristiwa-peristiwa alam)
  2. Kejahatan Moral

Sesungguhnya, kejahatan moral yang dilakukan oleh orang berdosa lebih mudah dipahami daripada kejahatan alam. Kejahatan alam mencakup bencana-bencana seperti topan badai dan gempa bumi, kebakaran dan air bah, kelahiran anak-anak cacat, penyakit, dan sebagainya. Mengapa Tuhan membiarkan hal-hal ini terjadi? Dan lebih tepat lagi, setiap orang bertanya, “Mengapa Ia membiarkan hal-hal seperti ini terjadi atas diri saya?”

J.B Phillips (God Our Contemporary, hal.92) mencatat bahwa kita keliru jika kita mengira bahwa hidup di atas planet ini secara otomatis bisa aman. C.S Lewis menjelaskan bahwa Tuhan menciptakan manusia itu bebas dengan mempunyai alternatif pilihan, dan Tuhan juga menciptakan alam, yang diaturNya sesuai dengan hukum-hukum rasional yang bisa dipercaya. Hukum-hukum alam menimbulkan gempa-gempa bumi, air bah, topan-topan badai, dan sebagainya, yang bekerja dengan cara yang tak berubah-ubah setiap waktu. Hukum alam juga membuat api terasa hangat dan nyaman pada suatu jarak tertentu, tetapi dapat pula membakar jika kita terlalu dekat kepadanya. Meminta Tuhan mengubah hukum alam demi kesenangan satu orang atau satu kelompok orang pada suatu waktu atau tempat tertentu akan berarti meminta Tuhan untuk tidak memberi kesenangan kepada orang-orang lain dalam situasi-situasi lain pada waktu yang sama. Lewis percaya bahwa Tuhan tidak mengubah dunia atas kehendak seketika setiap orang dan untuk kesenangan setiap orang. Tuhan bisa saja menguasai zat benda dan membatalkan hukum-hukum alam, dan apabila Ia melakukan hal demikian, maka kita menamakannya mujizat. Akan tetapi, konsep yang sesungguhnya tentang sebuah dunia yang umum dan stabil, menolak pikiran tentang seringnya terjadi mujizat. Lewis (The Problem of Pain, hal.26-34) menyimpulkan bahwa jika kita mencoba menyingkirkan kemungkinan-kemungkinan penderitaan (resiko hidup), yang tak dapat dielakkan jika kemauan-kemauan bebas terdapat dalam tata tertib alam, maka kita akan terpaksa menyingkirkan hidup itu sendiri.

Kemauan bebas manusia, kebebasan memilih juga merupakan bagian yang tak terpisahkan dari penyebab kejahatan moral__hasil kekejaman manusia terhadap manusia. Menurut C.S Lewis (The Problem of Pain, hal.89), kejahatan manusia (akibat jatuhnya manusia ke dalam dosa) boleh jadi merupakan penyebab empat per lima dari penderitaan yang dialami manusia. Jawaban kita yang segera atas hal ini ialah, “Mengapa Tuhan tidak menghentikan orang-orang jahat membuat orang-orang lain menderita?” Akan tetapi J.B Phillips (God Our Contemporary, hal.89) bertanya, bagaimana Tuhan akan campur tangan tanpa mencampuri hak memilih dari pribadi itu (kemauan bebas)? Dan, ada pula pertanyaan, “Berapa banyakkah kejahatan yang kita ingin supaya dihentikan oleh Tuhan?” Andaikata Tuhan mulai menghakimi setiap orang dengan keadilan yang sempurna, siapa yang akan bertahan hingga malam hari? (Paul E. Little, artikel What Non-Christians Ask, majalah His)

Sebuah aspek kejahatan lainnya yang merisaukan banyak orang ialah ketidakadilan hal-hal dalam hidup ini yang tampak jelas. Sering kelihatannya yang tak bersalah menderita dan yang jahat luput. Akan tetapi, seperti ditunjukkan oleh J.B Phillips (God Our Contemporary, hal. 89-92), dalam Alkitab sama sekali tidak ada tercantum ajaran bahwa jika seseorang berusaha menyenangkan hati Tuhan, maka ia dijamin akan beroleh perlindungan yang lengkap terhadap kejahatan oleh campur tangan Tuhan. Hidup Kristus sendiri di bumi ini membantah gagasan ini. Apa yang memang dijanjikan Alkitab ialah bahwa tidak ada yang bisa memisahkan kita dari kasih Allah (Roma 8:39) dan bahwa jalan keluar Tuhan ketika menghadapi kesukaran senantiasa tersedia bagi kita, tidak peduli apa pun yang akan terjadi (Roma 5:1-11).

Memang sulit menggumuli masalah kejahatan dan penderitaan. Jauh lebih sulit lagi mengalami kejahatan dan penderitaan yang banyak macamnya itu, entah itu penyakit, kecelakaan, bencana alam atau perlakuan kejam. Namun, kiranya ada gunanya diingat:  Tuhan tidak mungkin melakukan hal-hal yang pada hakikatnya tidak mungkin, oleh karena itu Ia tidak menempatkan manusia dengan kemauan bebas di sebuah dunia, yang digerakkan oleh hukum alam tanpa sering mendatangkan akibat berupa apa yang kita namakan “sakit” atau “penderitaan”. Kemauan bebas dan kekuasaan untuk memilih yang dimiliki oleh manusia adalah “resiko yang harus diambil oleh Tuhan”, yang tahu betul bahwa hal ini bisa berakhir pada kejahatan jika manusia melakukan pilihan yang salah.
Sering sulit dimengerti mengapa Tuhan memberikan pilihan ini kepada manusia, apabila kita melihat semua kejahatan yang dihasilkannya. Akan tetapi, kemudian kita menghadapi pertanyaan lain: “Tidakkah menolak kebebasan memilih ini akan merupakan kejahatan yang bahkan lebih besar?”


Jika Kita Tidak Bisa Membuktikan Bahwa TUHAN Itu Ada, Bagaimana Kita Bisa Tahu DIA Ada?
Alkitab tanpa ragu menganggap bahwa Tuhan itu sudah pasti ada dan memang sudah semestinya ada. Daripada membuktikan bahwa Tuhan itu ada, pembaca Alkitab diminta untuk percaya kepada Tuhan dan dengan berbuat demikian membuktikan realitasNya. Pendeknya, Alkitab berkata kepada manusia bahwa iman (komitmen dan kepercayaan pribadi) adalah satu-satunya bukti nyata tentang Tuhan.

Penulis kitab Ibrani berkata bahwa “iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak bisa kita lihat” (Ibrani 11:1). Kita tidak bisa membuktikan Tuhan dengan ekperimen laboratories. Kita juga tidak bisa membuktikan Tuhan dengan argumen-argumen yang logis dan rasional. Andaikata Tuhan merupakan langkah terakhir dalam suatu argumen filsafat yang baik sekali, maka yang pertama-tama akan percaya ialah orang-orang yang paling pintar dan sudah berpendidikan tinggi. Dan mereka yang tidak bisa mengikuti argumen atau rangkaian pemikiran yang ruwet, akan tipis harapannya bisa mengenal Tuhan. Akan tetapi, Tuhan telah memilih untuk memberikan kepastian tentang diriNya atas dasar yang berlainan sama sekali. Orang percayalah yang mengenal Tuhan, bukan orang yang paling pintar dalam logika atau pemikiran. Orang mempercayakan dirinya pada Tuhan, sekalipun ia tidak dapat melihatNya atau mengukurNya, dialah yang sesungguhnya mempunyai kepastian bahwa Tuhan itu ada dan bahwa ia mempunyai hubungan pribadi dengan Tuhan. (Ibrani 11:6). Pokoknya adalah ini: Kita bisa mengikuti semua argumen yang diberikan orang kepada kita tentang eksistensi Tuhan, kita bisa menjumpai orang yang akan mengemukakan argumen yang menentangnya. Pada akhirnya, kita terpaksa melakukan “loncatan iman” dan menaruh kepercayaan kita dalam Tuhan. Kita harus percaya kepada Tuhan berdasarkan firmanNya, yang kita jumpai dalam Alkitab.


Bagaimana Kita Bisa Melakukan Loncatan Iman?
Satu cara berpikir tentang “loncatan iman” ialah memperhatikan salah satu cabang olahraga yang telah sangat populer: terjun payung. Bayangkan, meloncat keluar dari sebuah pesawat terbang pada ketinggian 1 ½ km, lalu jatuh ke tanah dan baru menarik tali pengikat payung. Para penerjun payung akan bercerita kepada kita bahwa mereka agak takut pada loncatan pertama, yakni penerjunan mereka yang pertama di udara. Seperti dikatakan oleh seorang penerjun payung: “Kita harus percaya pada payung itu, bahwa ia akan membuka pada saat ia diharapkan terbuka. Lalu kita mengalami bahwa ia membuka. Berhasil, dan kita bahkan tidak pusing-pusing memikirkan bagian yang itu lagi. Hanya yang pertama kali itu saja penerjun payung merasa takut. Cepat atau lambat, kita toh harus melangkah keluar juga dengan iman (Study Guide for the Gospel Light Publications 12th grade Bible Study Course, What’s Your Answer? Vol.1).

Sesungguhnya, para penerjun payung bekerja dengan tiga unsur yang sama dengan definisi iman yang terdiri dari tiga bagian yang diberikan oleh Charles Spurgeon, salah seorang di antara pengkhotbah-pengkhotbah terbesar dalam sejarah. Spurgeon percaya bahwa iman terdiri dari pengetahuan, keyakinan dan pengandalan (hal mempercayakan diri). Yang pertama-tama ialah pengetahuan, kita harus diberitahu tentang sesuatu fakta sebelum kita mungkin mempercayainya. Si penerjun payung bisa “tahu” bahwa olahraga ini mengasyikkan, namun relatif masih aman, melalui pengamatan, membaca dan berbicara dengan orang-orang lain. Dengan cara yang sama, orang Kristen yang mengamati dunia di sekelilingnya, yang membaca Alkitab dan yang berbicara dengan orang-orang lain yang sudah berpengalaman dengan Tuhan, bisa tahu bahwa Tuhan itu ada, yaitu Tuhan, yang dalam Yesus Kristus akhirnya menerobos ke dalam aliran sejarah untuk berbuat sesuatu bagi manusia.

Dari pengetahuan (persetujuan mental) orang harus melanjutkan kepada keyakinan. Calon penerjun payung harus “yakin” akan apa yang dilihatnya, dibacanya dan didengarnya. Ia harus berkata kepada dirinya sendiri, “Ya, kini saya sudah mempunyai fakta-fakta dan saya yakin bahwa terjun payung adalah cabang olahraga yang aman, betul dan bahwa payungnya akan membuka karena hal itu sudah terbukti.” Dengan cara yang persis sama, orang yang sedang mencari Tuhan dengan mengatakan hal yang sama: “Ya saya yakin Tuhan itu ada karena saya telah melihat dunia yang diciptakannya, saya telah membaca tentang Dia dalam bukuNya dan saya telah berbicara dengan orang-orang lain yang telah berpengalaman dengan Dia. Akan tetapi langkah yang ketiga dan yang vital ialah mempercayakan diri. Sipenerjun payung tahu dalam arti nyata apa artinya mempercayakan diri, yaitu “melangkah keluar dengan iman.”

Seperti ditunjukkan oleh Spurgeon, pengandalan adalah unsur yang membuat perbedaan yang sesungguhnya….percaya kepada Kristus dan mengandalkan diri anda sepenuhnya kepada Dia dan mengakui bahwa anda tidak mempunyai pilihan lain. Spurgeon menulis bahwa memahami Alkitab dan tahu apa yang anda harus lakukan adalah satu hal, dan untuk melakukannya adalah satu hal lain. Ia lebih suka melihat jenis iman sejati yang paling kecil daripada “pemahaman” yang paling jitu tentang apa yang diajarkan oleh Alkitab,  tetapi tanpa kepercayaan yang sejati kepada Kristus. Pengetahuan tentang Tuhan adalah satu hal, namun harus ada kelanjutannya. Harus ada pengandalan, yaitu sikap mempercayakan diri sepenuhnya kepada Tuhan Yesus Kristus, agar bisa diselamatkan (What is Faith?, All of Grace, Spurgeon).
*(J.B Phillips, God Our Contemporary; Your God Is Too Small), (J. Edwin Orr, 100 Question About God), (Eric Marshall & Stuart Hample, Children’s Letters To God), (A. Cressy Morrison, Man Does Not Stand Alone), (C.S Lewis, Mere Christianity; The Problem of Pain), (Paul E. Little, artikel What Non-Christians Ask, majalah His), (Study Guide for the Gospel Light Publications 12th grade Bible Study Course, What’s Your Answer? Vol.1), (What is Faith?, All of Grace, Spurgeon), (Fritz Liteunour, Can The Bible be Trusted?)



KEBERADAAN


JIKA TUHAN YANG MENCIPTAKAN SEMUANYA, SIAPAKAH YANG MENCIPTAKAN TUHAN?


Pendahuluan
Siapakah yang menciptakan Tuhan? Ini adalah pertanyaan kuno yang telah menjangkiti semua orang yang suka berpikir tentang pertanyaan besar. Setelah tumbuh sebagai seorang agnostik non-Kristen, hal ini memberi saya alasan potensial mengapa ada atau mungkin tidak ada tuhan apa pun. Berbagai agama cenderung untuk memecahkan masalah dengan cara yang berbeda. Gereja LDS (Mormonisme) mengatakan bahwa Tuhan (Elohim) kepada siapa kita bertanggung jawab memiliki dewa ayah, kemudian Ia dibesarkan di sebuah planet sebagai manusia, dan kemudian berkembang menjadi dewa itu sendiri. Banyak agama lain telah mengklaim bahwa dewa melahirkan dewa lainnya. Tentu saja masalah dengan ide ini adalah bagaimana sang dewa pertama itu bisa sampai di sini? Ini masalah regresi tak terbatas yang cenderung membatalkan agama tersebut. Kristen mengklaim bahwa Tuhan selalu ada. Apakah ide ini mungkin? Apakah ilmu pengetahuan bisa mengungkapkan tabir ini?

Bagaimana Allah bisa sampai di sini?
Richard Dawkins (salah satu dari pemikir atheis lainnya) berpikir dia memiliki bukti utama bahwa Tuhan itu tidak ada. Jika Tuhan menciptakan alam semesta yang kompleks, tidakkah akan mengambil suatu entitas yang lebih kompleks lagi untuk menciptakan Tuhan? Namun..., logika tersebut mengasumsikan bahwa waktu selalu ada, bukannya sekedar hanya membangun alam semesta ini. 

Jawaban Kekristenan
Kristen menjawab pertanyaan yang membuat Allah dalam ayat pertama dari buku pertama, Kejadian:


"Pada mulanya, Allah menciptakan langit dan bumi (Kejadian 1: 1)"

Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa Allah bertindak sebelum waktu ketika Dia menciptakan alam semesta. Banyak ayat-ayat lain dari Perjanjian Baru memberitahu kita bahwa Allah beraksi sebelum waktu dimulai, dan sebagainya, Dia menciptakan waktu, bersama dengan dimensi-dimensi lainnya dari alam semesta kita:

  • Tidak, kita berbicara tentang kebijaksanaan rahasia Allah, kearifan yang telah disembunyikan dan bahwa Allah diperuntukkan bagi kemuliaan kita sebelum waktu dimulai (1 Korintus 2: 7)
  • Anugerah ini diberikan kita di dalam Kristus Yesus sebelum awal waktu (2 Timotius 1: 9)
  • Harapan hidup yang kekal, yang telah Allah ... janjikan sebelum awal waktu (Titus 1: 2)
  • Untuk satu-satunya Allah JuruSlamat kita, Yesus Kristus, Tuhan kita, bagi Dia adalah kemuliaan, keagungan, kekuasaan dan kewenangan, sebelum semua waktu dan sekarang dan selama-lamanya. Amin (Yudas 1:25)

Ide bahwa Allah menciptakan waktu, bersama dengan fisik alam semesta, bukan cuma interpretasi yang aneh dari beberapa orang Kristen modern terhadap Alkitab. Justin Martyr*, seorang apologis Kristen abad kedua, dalam Hortatory Address to the Greeks*, mengatakan bahwa Plato* mendapat ide bahwa waktu diciptakan bersama dengan alam semesta adalah berasal dari kata-kata Musa:
  
"Dan dari sumber apa Plato telah mengambil kesimpulan bahwa waktu diciptakan bersama dengan langit?" Lalu dia (Plato) menulis demikian:  "Waktu, pada dasarnya, ...diciptakan bersama-sama dengan langit, agar, datang menjadi ada bersama-sama, dan mungkin secara bersama-sama pula akan dilenyapkan. "Apakah ia mengetahui hal ini dari sejarah ilahi Musa?"

*Justin Martyr. Hortatory Address to the Greeks, Chapter 33.Quoted from Plato's Timaeus Part 1.





Tuhan Ada Dalam Kekekalan Abadi
Bagaimana Tuhan bertindak sebelum waktu dimulai... mengatasi masalah ciptaan Tuhan? Ada dua kemungkinan dari penafsiran ayat-ayat ini. Salah satunya adalah bahwa Allah ada di luar waktu. Karena kita hidup di alam semesta sebab dan akibat, kita secara alami mengasumsikan bahwa ini adalah satu-satunya cara di mana setiap jenis keberadaan dapat berfungsi. Namun, premis ini palsu. Tanpa dimensi waktu, tidak ada sebab dan akibat, dan semua hal yang bisa ada di dunia seperti itu akan tidak membutuhkan disebabkan, tapi akan selalu ada. Oleh karena itu, Allah tidak membutuhkan diciptakan, namun, pada kenyataannya, menciptakan dimensi waktu alam semesta kita adalah khusus untuk suatu alasan... sehingga sebab dan akibat akan ada bagi kita. Namun, karena Tuhan menciptakan waktu, sebab dan akibat tak akan pernah berlaku untuk keberadaan-Nya.

Allah Ada Di Berbagai Dimensi Waktu
Penafsiran kedua adalah bahwa Allah ada di lebih dari satu dimensi waktu. Hal-hal yang ada dalam satu dimensi waktu .... dibatasi oleh panah waktu dan terbatas pada sebab dan akibat. Namun, dua dimensi waktu membentuk bidang waktu, yang tidak memiliki awal dan akhir, dan tidak terbatas pada setiap arah. Sesosok makhluk yang ada dalam setidaknya dua dimensi waktu akan dapat melakukan perjalanan di mana saja dalam waktu dan belum pernah memiliki awal, karena bidang waktu tidak memiliki titik awal. Salah satu interpretasi mengarahkan orang pada kesimpulan bahwa Allah tidak membutuhkan untuk diciptakan.

Mengapa Alam Semesta Tak Bisa Menjadi Abadi?
Gagasan bahwa Tuhan bisa menjadi kekal membawa kita kepada gagasan bahwa mungkin alam semesta adalah kekal, dan, oleh karena itu, Allah tidak perlu ada sama sekali. Sebenarnya, ini adalah keyakinan umum ateis sebelum adanya data pengamatan dari abad ke-20 yang sangat membantah gagasan bahwa alam semesta adalah kekal. Fakta ini menunjukkan dilema besar bagi para ateis, karena alam semesta non-kekal tersirat bahwa itu pasti disebabkan. Mungkin Kejadian 1: 1 adalah benar! Tidak gentar dengan fakta, para ateis telah menemukan beberapa metafisik (ilmu pengetahuan) yang mencoba untuk menjelaskan keberadaan Tuhan. Oleh karena itu, ahli kosmologi yang paling ateis percaya bahwa kita hanya melihat bagian terlihat yang jauh lebih besar (multiverse)* yang secara acak memuntahkan keluar semesta dengan parameter fisik yang berbeda. Karena tidak ada bukti yang mendukung ide ini (atau bisa ada, sesuai dengan hukum-hukum alam semesta), hal itu benar-benar hanyalah pengganti "dewa" bagi para ateis. Dan, karena "tuhan" ini adalah non-cerdas menurut definisinya, memerlukan hipotesis yang kompleks, yang akan dikesampingkan jika kita menggunakan pisau cukur Occam**, yang menyatakan bahwa seseorang harus menggunakan penjelasan logis sederhana untuk fenomena apapun. Tujuan desain cerdas alam semesta akan jauh lebih masuk akal, terutama apabila didasarkan pada apa yang kita ketahui tentang desain alam semesta.

* "Tidak nyaman dengan gagasan bahwa parameter fisik seperti lambda [konstanta kosmologi] hanyalah sebuah kecelakaan yang beruntung (simply lucky accidents), beberapa kosmolog, termasuk Hawking, telah menyarankan bahwa ada jumlah tak terbatas dari ledakan besar (big bang theory) yang terlepas dan pergi ke dalam yang lebih besar (multiverse), masing-masing dengan nilainya yang berbeda untuk parameter ini. Hanya nilai-nilai yang kompatibel dengan kehidupan yang dapat diamati oleh makhluk seperti diri kita ini." Glanz, J. 1999. AMERICAN PHYSICAL SOCIETY MEETING: Hawking Blesses the Accelerating Universe. Science 284: 34-35.

** Teori pisau cukur Occam:  Penjelasan yang paling sederhana adalah penjelasan yang paling mungkin untuk benar dengan prinsip-prinsip penjelasan seperti teori-teori yang lain mana pun dengan asumsi yang sesedikit mungkin,...untuk melukiskan realitas sebagaimana adanya.

Apakah Yang Telah Diungkapkan Ilmu Pengetahuan Tentang Waktu?
Ketika Stephen Hawking, George Ellis, dan Roger Penrose memperpanjang persamaan untuk relativitas umum dengan menyertakan ruang dan waktu, hasilnya* menunjukkan bahwa waktu memiliki awal - pada saat penciptaan (The Big Bang). Bahkan, jika kita memeriksa situs-situs website universitas, kita akan menemukan bahwa banyak profesor membuat pernyataan seperti itu - bahwa alam semesta memiliki awal dan bahwa awal ini menandai permulaan waktu. Pernyataan tersebut mendukung klaim Alkitab bahwa waktu dimulai pada saat penciptaan alam semesta.

* "Kesimpulan dari studi ini adalah bahwa alam semesta itu tidak kekal abadi. Sebaliknya, alam semesta, dan waktu itu sendiri, memiliki awal di Ledakan Besar (The Big Bang), sekitar 15 miliar tahun yang lalu." Stephen Hawking The Beginning of Time.
Penrose, R. 1966. An analysis of the structure of space-time. Adams Prize Essay, Cambridge University.Hawking, S.W. 1966. Singularities and the Geometry of space-time. Adams Prize Essay, Cambridge University.Hawking, S.W. and G.F.R. Ellis. 1968. The cosmic black-body radiation and the existence of singularities in our universe. Astrophysical Journal 152: 25-36.Hawking, S.W. and R. Penrose. 1970. The singularities of gravitational collapse and cosmology. Proceedings of the Royal Society of London. Series A: 529-548.

Kesimpulan
Tuhan tidak membutuhkan untuk diciptakan, karena Dia ada baik di luar waktu (di mana sebab dan akibat tidak beroperasi) atau dalam beberapa dimensi waktu (sehingga tidak ada awal dari perjalanan waktu Tuhan). Oleh karena Allah itu kekal, yang tidak pernah diciptakan. Meskipun ada kemungkinan bahwa alam semesta itu sendiri adalah abadi, dan menghilangkan kebutuhan untuk penciptaan, tapi nyatanya bukti pengamatan bertentangan dengan hipotesis ini, karena alam semesta itu mulai ada secara terbatas ~ 13,8 miliar tahun yang lalu. Satu-satunya jalan keluar yang mungkin untuk ateis adalah penemuan dari jenis super semesta, yang tidak pernah dapat dikonfirmasi secara eksperimen (karena itu adalah metafisik di alam, dan tidak ilmiah).






SIAPAKAH YANG MENCIPTAKAN TUHAN?

Icon Icon Icon Icon Follow on Pinterest
Photobucket Photobucket Photobucket
Powered by Blogger.